carrying capasity
TUGAS MATAKULIAH PERTANIAN BERKELANJUTAN
Yang di ampu Ibu Ir. Nurhidayati, MP
Oleh
Siti Ana Maidatul Jannah
2100310008
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Oktober 2012
DAYA DUKUNG (Carrying Capacity): Adalah kemampuan suatu habitat untuk mendukung sejumlah individu...
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) daya dukung adalah faktor-faktor pendukung
di dalam kehidupan. Sedangkan menurut Astra dan Gunawan (2012) yang dimaksud
dengan daya dukung diartikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia dan mahluk lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
daya dukung merupakan kapasitas atau kemampuan lahan yang berupa lingkungan
untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Daya
dukung (carrying capacity) lahan
pertanian memiliki keanekaragaman yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (baik
tanah, air, udara, suhu, ketinggian tempat, dan cahaya) serta faktor jenis
tanaman yang dibudidayakan di lahan tersebut dalam upaya usaha pertaniannya.
Ø
Gambaran
aspek carrying capacity yang mungkin terjadi pada tanaman budidaya:
1.
Daya dukung (Carrying capacity) pada tanaman
pangan
Di Indonesia matapencaharian penduduknya sebagian besar adalah petani.
Selain itu berbanding lurus dengan makanan pokok penduduk Indonesia yang
sebagian besar adalah beras. Hal ini yang menyebabkan untuk memenuhi kebutuhan
beras tersebut, petani juga secara besar-besaran menanam tanaman padi dengan
sistem monokultur secara intensif. Intensif baik dalam pengelolaan lahan,
tanaman, maupun intensif untuk memberantas hama dan penyakit. Hal ini yang
berpengaruh terhadap daya dukung dari lahan tersebut terhadap produksi (output)
yang dihasilkan.
Menurut Badan Pusat Statistik dalam berita resminya No.59/09/Th. XV, 3
Sepetember 2012 perkembangan nilai tukar petani, harga produsen gabah, dan upah
buruh diketahui bahwa perkembangan harga produsen gabah pada bulan Agustus 2012
menurun. Untuk Gabah Kering Panen (GKP) menurun dibandingkan dengan bulan lalu.
Menurun sebesar 0,60% dengan harga Rp. 3.862,113 per kilogram pada petani. Sedangkan
harga jual pada penggilingan menurun hingga 0,73% dengan harga sebesar Rp.
3.929,02 per kg. Sedangkan untuk Gabah Kering Giling (GKG) pada petani menurun
mencapai 1,05% dengan harga Rp. 4.377,74 per kilogram dan pada penggilingan
menurun 0,80% dengan harga Rp. 4.452,91 per kilogram. Harga tersebut diambil
dari rata-rata harga gabah di seluruh wilayah Indonesia.
Menurunnya harga gabah tersebut diakibatkan kualitas gabah. Berdasarkan
Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Kotoran (KH), mutu gabah hasil panen yang
diperjualbelikan oleh petani selama Agustus 2012 umumnya sedikit terjadi
penurunan. Tercatat masing-masing kualiatas gabah kering panen (GKP) KA adalah
18,98% dan KH sebesar 4,97%. Sedangkan pada gabah kering giling (GKG) rata-rata
KA sebesar 12,68% dan KH sebesar 2,06%.
Dapat diketahui dari penjelasan-penjelasan di atas bahwa daya dukung
lahan pertanian dalam budidaya tanaman pangan seperti yang dicontohkan di atas
adalah pada tanaman padi di Indonesia mulai mengalami penurunan.
Daya dukung lingkungan terhadap tanaman padi adalah sebagai berikut;
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-270C
, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada
penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan
ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7. Pengelolaan lahan secara ringan dapat
dilakukan seperti pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam
tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
2.
Daya dukung tanaman hortikultura
Daya dukung lingkungan terhadap tanaman hortikultura dapat dicontohkan
dengan tanaman apel. Syarat tumbuh tanaman apel menurut Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
(2012) adalah sebagai berikut;
v
Iklim
1.
Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600
mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan
basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat
berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
2.
Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang
cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
3.
Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat
C.
4.
Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel
sekitar 75-85%.
v
Media Tanam
1.
Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang
bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah
dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga
pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2.
Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan
Regosol.
3.
Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk
tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air
tersedia.
4.
Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan
kandungan air tanah yang cukup.
5.
Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan
perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka
tanah masih layak ditanami.
v
Ketinggian Tempat
Tanaman apel dapat
tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. Dengan ketinggian
optimal 1000-1200 m dpl.
v
Pengolahan Media Tanam
1)
Persiapan
Persiapan
yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai.
Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah,
menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.
2)
Pembukaan Lahan
Tanah diolah
dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang
masih tertinggal.
3)
Pembentukan Bedengan
Pada tanaman
apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.
Dapat
disimpulkan bahwa apabila syarat-syarat tumbuh tanaman apel yang dijabarkan di
atas tidak terpenuhi maka tanaman apel dapat kurang sehat sehingga produksinya
menurun. Apabila terjadi pengolahan secara intensif pada lahan maka juga akan
berdampak pada ketersediaan unsurhara di dalam tanah. Karena pembalikan tanah
dapat berdampak pada hilangnya unsurhara yang seharusnya tersedia dalam tanah
dalam waktu cukup lama akan hilang. Selain itu pemupukan juga perlu dilakukan
apabila tanah memang membutuhkan dan kekurangan unsur hara tersebut.
Ø
Dampak
negatif dan aspek teknologi untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat
menurunnya carrying capacity
Sejarah dari pertanian di Indonesia yang mengalami perubahan-perubahan
dari waktu ke waktu. Dengan diawali sistem pertanian tradisional dan sekarang
ini menuju pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Intensifikasi
pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional,
ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan
yang cukup mengenai sifat- sifat tanah (fisik, kimia, biologi) serta
faktor–faktor lahan lain yang diperlukan. Dengan demikian penggunaan lahan yang
tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian modern, penerapan teknik
konservasi tanah dan air yang memadai, dan perencanaan penggunaan lahan yang
baik.
Namun akibat dari pertanian intensif yang dilakukan sebelumnya baik pada
masa pertanian tradisional maupun pada saat “Revolusi Hijau” berdampak pada
daya dukung dari lahan menjadi berkurang.
Penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek
pertanian modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai dan
perencanaan penggunaan lahan/tata ruang yang baik. Penggunaan lahan yang tepat
adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air yang merupakan
penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya
dan memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan, sehingga tanah
tersebut tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara
lestari. Dampak dari penggunaan teknologi-teknologi modern dapat mempengaruhi
daya dukung lahan dalam penggunaan bercocok tanam. Karena teknologi-teknologi
modern dapat merusak sifat fisik tanah dan mengurangi tingkat kesuburan tanah.
Hal lainnya yang dapat mempengaruhi lingkungan adalah penggunaan pestisida
secara tidak bijak sehingga dapat mencemari lingkungan baik udara, air maupun
tanahnya. Hal ini yang menjadi kendala dalam proses pendayagunaan lahan secara
maksimal.
Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya dukung lahan terhadap
tanaman budidaya adalah dengan cara meminimalisir input dari luar (pupuk,
bibit, maupun pestisida) dan mengurangi pengolahan tanah yang sekarang ini
sangat intensif. Sistem pertanian tersebut dapat diterapkan dengan jalan sistem
pertanian berlanjut.
0 komentar:
Posting Komentar