Apa yang akan terjadi dengan album baru dari sebuah grup musik yang baru saja berganti nama? Apakah ciri khas lagu-lagunya juga ikut berganti atau sama saja seperti sebelumnya?
Itulah yang sempat menjadi pertanyaan saya ketika hendak membeli album “Seperti Seharusnya” milik NOAH yang gambar sampulnya mengingatkan pada sampul “Nowhere to Go” milik Endah N Rhesa dan “Roses” karya The Cranberries ini.
Sebagai nomor pembuka, ada “Raja Negeriku” ciptaan Ariel dan Uki yang diwarnai sorak-sorai dari 200 orang teman-teman Ariel di rumah tahanan Kebonwaru. Lagu soal seruan gerakan perubahan untuk masa depan negeri dan bangsa agar menjadi lebih cerah itu semakin terdengar bertenaga dan istimewa dengan kehadiran cuplikan pidato mantan Presiden RI Sukarno di bagian awal, pertengahan, dan akhir lagu. Menarik.
Adapun “Separuh Aku” ciptaan David dan Ihsan Nurrachman yang dijadikan andalan album ini memang tergolong sangat gampang dicerna oleh kuping. Cocok dipakai untuk menarik perhatian para pendengar musik Indonesia terhadap kemunculan kembali secara utuh grup musik yang beranggotakan Ariel (vokal), Uki (gitar), Reza (drum), Lukman (gitar), dan David (kibor) ini.
Begitu juga dengan lagu “Sendiri Lagi”. Bagi sebagian orang pasti langsung terasa tidak asing lagi dengan lagu ciptaan Ryan Kyoto itu. Tidak perlu heran berkepanjangan. Ya, lagu tersebut pernah dinyanyikan oleh almarhum Chrisye sekitar tahun 1993 dan termuat dalam albumnya yang berjudul sama.
Selain beberapa lagu tadi, sebenarnya masih ada sejumlah lagu lain yang tidak kalah berpotensi untuk disukai banyak orang. Tapi, lagu-lagu itu mungkin perlu dimainkan lebih dari sekali baru bisa terdengar lebih enak. Sebut saja seperti “Hidup Untukmu, Mati Tanpamu”, “Terbangun Sendiri”, “Tak Lagi Sama”, dan “Puisi Adinda”.
Secara keseluruhan, corak musik album ini terdengar tidak jauh berbeda dengan karya-karya mereka sebelumnya saat masih memakai nama Peterpan. Begitu juga gaya menyanyi Ariel, tetap seperti biasanya.
Tapi, ada hal lain yang terasa agak berbeda. Apakah itu? Lirik lagunya.
Saya pernah ditanya seorang teman, hal apa yang paling menarik dari lagu-lagu yang diusung Ariel dan rekan-rekannya? Waktu itu, jawaban saya adalah lirik lagunya yang sering kali tergolong tidak biasa, bahkan untuk topik yang biasa. Tengok saja lagu-lagu seperti “Di Atas Normal”, “Di Balik Awan”, “Menunggu Pagi”, “Ada Apa Denganmu”, “Menghapus Jejakmu”, dan “Sally Sendiri”.
Namun, di album perdana dari NOAH ini saya merasa agak susah menjumpai lagu dengan lirik-lirik semacam itu. Sebagian besar di antaranya didominasi lagu bernuansa patah hati, dengan lirik seperti layaknya orang kehilangan pasangan yang sangat dicintainya. Penuh pujian dan rayuan.
Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena isi album ini tidak lagi didominasi karya Ariel seperti biasa, khususnya untuk urusan lirik lagu. Jika diperhatikan lebih jauh, dari sepuluh lagu yang ada di album ini, setidaknya hanya lima di antaranya yang penggarapan liriknya melibatkan sang vokalis.
Sisanya merupakan ciptaan dari para personel lain. Di samping itu, ada pula Ryan d’Masiv yang menuliskan lirik untuk “Hidup Untukmu, Mati Tanpamu”.
Apakah isi album NOAH selanjutnya juga akan seperti itu? Perlu dibuktikan nanti.
Benny Chandra (www.bennychandra.com)
0 komentar:
Posting Komentar